MUSIBAH TIDAK BERKAITAN DENGAN POLITIK BEDA ARAH
Oleh: MA. Zuhurul Fuqohak, S.Ud, M.S.I*
Palu: Ikut berbela sungkawa atas musibah yang menimpa warga Palu, Sulawesi. Hanya untaian doa semoga para korban musibah diberi ketabahan, bisa bangkit kembali untuk menata desa maupun kota. Agar mereka kembali semangat bekerja setelah nestapa tiba. Saya yakin, Tuhan sedang menguji kita semua khususnya warga sana. Agar menjadi lebih baik setelah mengambil pelajaran darinya.
Bagi teman-teman yang melihat, siapa pun janganlah kalian tega. Menerkam sendiri, menyayat tanpa belati, menambahi beban di hati kepada teman, saudara sebangsa, seagama dan setanah air di sana. Dengan mengatakan, cacian maki, tuduhan, mengait-ngaitkan hal-hal yang tidak semestinya. Kondisi orang yang diberi musibah itu tiada kata seindah doa, tiada ucapan seindah tindakan, membantu menolong dan mengasih santunan. Selebihnya, hanya sampah, buaian, bualan, bullshit yang hanya bisa menghantarkan pada perpecahan. Na'udzubillah.
Saya paling tidak setuju dengan teori mengaitkan musibah Palu dikarenakan warganya mencintai Capres A misalnya. Atau musibah lombok terjadi karena gubernurnya mendukung capres B misalnya. Atau teori konspirasi seperti di sini dan di sini.
Omongan seperti itu adalah mentalnya non muslim yang lemah. Atau mental umat terdahulu yang tidak dipuji oleh Allah swt. Tepatnya adalah mental Bangsa Bani Israil di zaman Musa as. Misalnya, berikut adalah cerita mereka yang direkam oleh al-Qur'an:
فَإِذَا جَاءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوا لَنَا هَذِهِ وَإِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا بِمُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَلَا إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِنْدَ اللَّهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ [الأعراف/131]
"Jika datang pada mereka kebaikan, maka mereka akan mengatakan: ini (karena) untuk kami. Dan jika mereka ditimpa keburukan (musibah) maka mereka menganggap sial (itu karena) Musa dan orang bersamanya (para pendukungnya). Ingatlah, sesungguhnya nasib sial mereka itu di sisi Allah, namun kebanyakan mereka tidak mengetahuinya..." (QS. Al-A'raf: 131).
Ayat di atas menggambarkan betapa jahatnya kaum Musa. Menuduh sembarang masalah keburukan semuanya ditimpakan kepadanya. Tanpa mau intropeksi diri sendiri. Hanya alasan mereka sirik dan tidak setuju Musa sebagai Nabi saw. Mereka tidak sadar bahwa sesungguhnya musibah itu ujian dari Allah swt. Dan mencari-cari pengait tentang musibah itu dengan kelakuan orang lain. Mengambing hitamkan (Al-Baidhawi, 1998: 2/330).
Memang benar bahwa Ulul Albab adalah mereka yang bisa mencari pelajaran dan hikmah dari setiap kejadian yang ada agar tidak terulang keburukannya di tahun atau kesempatan mendatang. It's rigth.. Itu benar, but the right mind on the right way.. Bahwa pola pikir yang benar itu tentunya dengan cara (nalar) yang benar. Bukankah silogisme yang tepat untuk membuat kongklusi itu harus melewati syarat membuat syakl, tanaqudh, 'aks mustawii dan sebagainya? (Ad-Damanhuri, tt: 23).
Artinya, silahkan cari hikmah kenapa bencana terjadi yang masuk logika (akal manusia), semisal kerak bumi memanas disebabkan penggundulan hutan, lautan tidak memiliki lagi tempat karena tepi pantainya dijejali bangunan hotel megah dan sebagainya. Itu baru berkaitan dan susunan logikanya sudah benar. Sehingga, tugas manusia mengikhtiyarkan dengan go green (memberi penghijauan), menghalau global warming (pemanasan global) dan sebagainya. Selebihnya, diserahkan total kepada Tuhan YME.
Sekali lagi,
Sudahlah... Jangan mengait-ngaitkan apa pun kejadian dan fenomena alam dengan pilihan politik praktis kita. Jika memang kita tidak mampu untuk membantu, tidak bisa memberikan layanan dengan ikhlas dan bermartabat, diam dan berdoalah untuk saudara kita sendiri. Semoga mereka cepat pulih dan diberi nikmat yang melimpah ruah,
Amiiin....
_____________________
*Penulis adalah Pengasuh PP. Miftahul Ulum Yahyawiyyah, Ds. Talun, Kec. Kayen, Kab. Pati. Juga dosen Tarbiyah di IAIN Kudus.