PROSES ATAU HASIL?
Oleh: MA. Zuhurul Fuqohak, S.Ud, M.S.I
PPMUY_ Dewasa ini, banyak sekali orang-orang yang ingin serba
instan menikmati hasil tanpa mau bersusah-payah di dalam prosesnya.
Pencari
ilmu, mencari kursus paling singkat. Diburu pesantren-pesantren kilat yang
menjanjikan bisa menghasilkan maksimal dalam waktu sesingkat-singkatnya. Bisa membaca
kitab hanya 1 hari, 1 minggu, 1 bulan atau lebih pendek yaitu 1 jam saja. Memang
benar, ada yang bisa baca kitab cepat itu. Yaitu video pendek dan tutornya. Si audiens?
Nonsen, tetap sama. Dungu! Padahal semestinya, pelajar ilmu itu harus
lama waktunya. Tidak bisa ditawar lagi (Az-Zarnûji, 2001: 54).
Gambar Ilustrasi Kursus Cepat Baca Kitab
Pencari
uang, ingin serba instan. Dicari investasi yang akhirnya berujung bodong. Mengambil
kursus cepat menggandakan uang. Mendatangi tukang dukun. Yang akhirnya,
kerugian besar menimpanya. Seperti kejadian di sini.
Sebenarnya,
proses atau hasil yang diperlukan?
Bagi
masyarakat pragmatis (yang penting berguna dan hasil) maka mereka hanya
memikirkan materi inti yang didambakan. Apa pun proses dan berapa pun waktu,
itu tidak mereka hiraukan. Asalkan ada uang, segalanya menjadi gampang. Asalkan
ada duit, sesuatu tidak sulit. Asalkan materi kuat, masalah teratasi kuat. Juga
slogan-slogan serupa lainnya. Orang semacam ini, akan berujung pada paham
oportunisme. Yaitu apa pun kejadiannya yang penting menguntungkan diri sendiri tanpa
perlu prinsip tertentu (KBBI, 2008: 143).
Berbeda
halnya dengan masyarakat idealis. Ada prinsip-prinsip tertentu yang mereka
pegangi. Tidak semata keuntungan belaka. Tetapi, menghormati budaya, tradisi,
sejarah, seni dan hal lain yang mengelilingi di dalam proses untuk mendapatkan
hasil. Sehingga, kegiatan mereka dalam proses itu tidak monoton. Mereka dapat
menikmati. Karena kegiatan mereka penuh seni. Ibarat bekerja sambil bernyanyi,
itu jauh lebih indah dan menyenangkan hati ketimbang kerja paksa diri tanpa ada
seni (Nurul Khotimah, 2018 :10).
Bagaimana
biar bisa menikmati Proses?
Tanyakan
pada mereka yang mau nikah-kawin tapi belum ingin punya anak? Padahal kawin itu
proses, intinya punya anak.
Tanyakan
pada mereka yang lebih mencintai hidup di dunia ini, padahal intinya masuk
surga. Hidup hanya proses. Kenapa mereka begitu?
Tanyakan
pada mereka yang suka makan-makanan mewah dan lezat di lidah-mulut. Padahal intinya
terasa kenyang. Kenapa, tidak makan sesuatu yang penting membuat kuat diri dan
kenyang?
Tanyakan
pada mereka yang suka travel dengan harga mewah-wah hingga mereka punya
slogan ‘my life is my adventure’. Padahal inti travel adalah sampai di
tempatnya? Kenapa tidak memilih saja berjalan kaki, pakai motor butut
atau travel umum saja?
Jawaban
mereka hampir sama berdekatan. Yaitu karena proses itu terasa nikmat
bagi mereka. Sehingga bukan hanya hasil yang menjadi tujuannya. Tetapi, proses
itu pun penting. Maka, itulah jawabannya. Apa pun cita-cita luhur yang kita
inginkan.
Rasakan nikmat prosesnya, agar kau lupa bahwa tujuan-inti
harus terdeadline kapan waktunya.