ADA KIAMAT: KITA MALAS BEKERJA SAJA?
Oleh: MA. Zuhurul Fuqohak, S.Ud, M.S.I
Akhir-akhir ini, Indonesia banyak mendapatkan ujian beruntun. Khususnya musibah bencana alam. Dimulai dari Lombok kota ribuan Masjid. Lalu Donggala. Palu dan beberapa wilayah lain yang dinyatakan sebagai siaga satu. Harus hati-hati. Karena bisa saja, musibah menimpa kembali.
Di saat seperti ini, iman kita benar-benar diuji. Solidaritas, perhatian, persatuan dan saling motivasi (tawaashou bish-shobri) menjadi sangat penting di saat genting ini.
Banyak beberapa orang yang menanyakan kepada saya, tentang apakah ini tanda-tanda kiamat. Lalu saya balik bertanya, "Memangnya kenapa kalau ini tanda kiamat? Toh sudah beberapa banyak tanda-tanda kiamat itu dan kita sama saja tidak bergeming untuk menjadi lebih baik."
"Ya, sekira benar ini adalah tanda-tanda kiamat, lebih saya tidak usah bekerja saja. Biarlah uang saya tidak berkembang. Saya tidak perlu membangun rumah, membeli tanah, bekerja tangguh dan kuat. Karena, toh ternyata akan tiba kiamat yang semua usaha saya untuk bekerja keras itu akan sia-sia belaka...." katanya meratapi nasib.
Nah, sampai di sini saya termenung.
Jika dianalisa lebih mendalam, dengan datangnya tanda-tanda kiamat itu justru semangat dan etos kerja harus semakin tinggi. Ada satu nasihat dari Nabi saw. berikut ini:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : قَالَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي
يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ، فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا
فَلْيَغْرِسْهَا
"Jika datang kiamat dan bibit kurma di tangan salah satu kalian, dan jika dia mampu untuk menanamnya sebelum kiamat maka tanamlah...." (HR. Ahmad)
Ini merupakan nasihat berharga. Orang mukmin betapa pun bencana melanda, musibah menggema, kesusahan menimpa, maka etos kerja dan semangat harus tetap ada. Sampai kapan pun. Al-Qur'an memberikan pelajaran akan hal ini:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
"Dan janganlah kalian melemah dan susah padahal kalian luhur jika kalian beriman..." (QS. Ali Imran: 139)
Ayat ini bercerita setelah kekalahan orang mukmin melawan orang kafir di medan laga perang Uhud. Jika melihat ayat ini, semestinya kita berfikir berulang kembali. Dahsyatnya kesedihan karena bencana laga perang dalam kekalahan itu tentu lebih dahsyat ketimbang bencana alam dalam wilayah psiksis dan materi.
Pertama, secara psikis orang yang kalah pertempuran itu lebih tertekan. Kekurang-pintaran, fasilitas belum memadai, tidak punya kekuatan dan strategi perang. Berbeda halnya dengan kekalahan karena musibah bencana alam. Itu akan berujung langsung pada Tuhan tanpa harus kita merasa "terbebani" dengan menyebut bahwa itu murni kesalahan kita. Bisa saja ada ranah murni ujian di dalamnya.
Kedua, secara material, kekalahan dalam medan laga itu bisa berujung pada material yang terhenti secara permanen. Misalnya begini, jika Amerika sudah memberikan pengumuman economic war (perang ekonomi), maka akan sulit untuk mengembalikan kembali ke masa normal tidak krisis. Berbeda halnya dengan kekalahan karena bencana alam. Itu bisa sangat cepat untuk berubah asalkan ada keinginan bersama untuk membangun kembali kota dan negara yang terkena musibah.
Apa pun yang terjadi, semua ujian yang datang ini jangan dijadikan alasan kita untuk melemah.
Justru sebaliknya, sudah saatnya kita kembali merajut benang-benang silaturrahim agar semakian kuat dan solid hingga mampu membuktikan kepada Tuhan bahwa kami benar-benar ingin menjadi lebih baik ya Allah, dan berilah kami kesempatan untuk melakukan itu...
Just do it,
Never give up...
We are a couple of friend and family,
God blessing us,