POLEMIK KHABIB NURMAGOMEDOV: ANTARA REWARD ATAU PUNISHMENT?

Oleh: MA. Zuhurul Fuqohak, S.Ud, M.S.I



Sulit memang, membawa agama dengan kuat di mayoritas kaum non muslim. Apalagi mereka yang tidak beragama.  Nabi saw. sudah memberi wejangan dan ibarat di dalam hal ini. Beliau menyampaikan dalam sabdanya:
ويل للعرب من شر قد اقترب، فتنا كقطع الليل المظلم، يصبح الرجل مؤمنا ويمسي كافرا، يبيع قوم دينهم بعرض من الدنيا قليل، المتمسك يومئذ بدينه كالقابض على الجمر، أو قال على الشوك.

"Celaka bagi bangsa Arab dari kejahatan yang kian mendekat. Fitnah seperti sekejap malam gulita. Pagi-pagi seseorang dalam keadaan mukmin dan sorenya kafir. Orang-orang menjual agama dengan harga dunia yang sedikit. Orang yang membawa agamanya itu seperti mereka yang membawa bara api. Atau membawa duri..." (HR. Ahmad dari Abu Hurairah ra.)

Bisa dibayangkan bahwa mereka yang membawa langsung bara api tentu akan terbakar. Jika dilepasnya maka yang terbakar adalah sekitarnya. Dan jika tetap digenggamnya, maka dia akan yang terbakar sekujur tubuhnya.
Dulu, istilah yang seringkali dipakai Abah Kami adalah, "Maju tatu mundur ajur,". Artinya, menerjang semangat ke depan akan terluka. Dan jika mundur ke belakang akan babak-belur. Terluka karena berhadapan dengan orang sebegitu banyaknya. Hanya sendirian. Tiada teman dan kawan. Semuanya tampak diam. Membisu. Dan babak-belur karena Tuhan swt. akan marah. Manakala kedzaliman menyebar dan orang alim (yang tahu) itu diam saja, maka dia akan dilaknat Tuhan, Nabi saw. dan seluruh kaum muslim (Abiyanal Hawaij).

Maka, yang diperlukan adalah "ilmu". Bara apa yang kita bawa itu tidak akan membakar siapa pun manakala kita membawanya dengan ilmu. Semisal, kita ambil wadah dari besi yang diberi penghujung panjang agar menjadi pelapis dan penghalang antara kita dan si bara. Tentu dengan begini, bara tersebut tidak membakar sedikit pun. Ini hanya sebagai contoh. Bahwa memegang bara tersebut harus dengan ilmu. Itu poinnya. Dan Nabi saw. sendiri yang menekankan bahwa mereka yang tidak bisa menjadi kafir di saat orang-orang lain berbuat demikian, adalah mereka yang memegangi agama dengan ilmu. Di terusan hadis di atas, dalam sebagian riwayat yang disampaikan Abah Kami di buku khutbah Jumatnya disebutkan demikian:

إلا من أحياه الله بالعلم

"Kecuali mereka yang dihidupkan Allah swt. dengan ilmu...."

Tidak ada batasan ilmu yang dimakusdkan ini apakah hanya ilmu fiqh, tasawwuf, tauhid, nahwu-shorof atau ilmu keislaman lainnya. Biarkan saja ilmu di sini umum. Artinya ilmu apa pun yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk memegangi agama dengan baik. Ada satu kaidah di dalam ulum al-Qur'an bahwa membuang muta'alliq (kaitan) itu sama saja mengumumkannya. Biasanya dicontohkan dengan kata Iqro' (bacalah) di QS. Al-Alaq: 1. Tidak ada batasan apa yang dibaca, maka jawabannya adalah membaca apa saja. Asalkan bisa direnungi dan dibaca. Just read it...

Maka, hari ini wajib hukumnya umat Islam untuk belajar keilmuan sebanyak-banyaknya. Ilmu tentang diplomasi dan logika berfikir. Ilmu tentang menguasai dunia dan carut-marutnya. Ilmu tentang cara mengelola atau managemen olah-raga dan development to it... Dan ilmu-ilmu lainnya. Umat Islam jangan hanya terkutat pada masalah akidah, muamalat dan munakahat semua. 
Tentunya hal ini harus dibagi-bagi. Disesuaikan dengan bakat, minat dan profesionalitas masing-masing. Sudah tidak saatnya dan tidak zamannya kita mengolok-olok atau pun dikotomi keilmuan yang dimiliki oleh masing-masing saudara kita. 

Hanya ini yang bisa menjawab tantangan di era now. Jika tidak demikian, akan muncul Nurmagomedov-Nurmagomedov baru yang akan disalahkan dunia dan petingginya hanya gara-gara dia sendirian dan yang lain tidak bisa membantu...

Islam bukan tentang halal-haram semata...
Lebih dari itu, dia adalah agama tentang ilmu, budaya dan peradaban...
To Khabib, Be Patient.. God with you.. We are proud of you...