CEGAH HOAX DENGAN ILMU MUSTHOLAH HADIS INI: DARI SANTRI UNTUK NEGERI
Oleh: MA. Zuhurul Fuqohak
-----------------------------------
-----------------------------------
Sulit memang untuk meminimalisir hoax yang akhir-akhir ini banyak bermunculan di media sosial dan dunia maya atau pun nyata. Berbagai kepentingan membuat hoax menjadi semakin seksi bagi sebagian kalangan. Baik karena motif ekonomi, pendidikan, sosial atau yang sering terjadi adalah karena politik. Semakin besar ambisi seseorang untuk mendapatkan sesuatu tersebut, maka semakin besar peluang hoax pula yang ia lakukan.
Tidak bisa menyalahkan siapa dan kenapa?
Karena permasalahan begitu kompleks dan rumit. Ibarat jalan, masalah hoax ini sudah seperti lorong labirin. Tidak diketahui dari mana dan ke mana ia tiba dan berada. Sebab, siapa pun yang menyalahkan para penggiat hoax, disadari atau pun tidak, dia juga sudah termakan hoax itu pula.
Mengapa?
Sebab, generalisasi yang ia lakukan itu sama dengan menciptakan hoax's baru. Sebagai contoh. Ketika Uncle State menyalahkan 'Islam' dengan tuduhan teroris karena "terbukti" ada yang menjadi teroris dari umat Islam, itu bisa saja diterima. Karena kita tidak bisa menampik bahwa pasti ada oknum kaum beragama yang melakukannya. Sebagaimana kita juga tidak bisa menutup mata, ada juga kaum 'teroris' dari agama lain. Karena 'sifat keras' dalam beragama, itu bukan menjadi ajaran agama. Tetapi lebih ke model, tabiat, sikap dan semacam karakter dari pemeluknya. Sehingga ketika dia melihat teks-teks yang mengarah sesuai dengan karakternya maka itu akan menjadi legitimasi dari sikap yang ia tempuh itu.
Namun, menjadi berlebihan dan membentuk kesalahan baru adalah ketika US salah dalam menembakkan status teroris kepada orang yang tidak bersalah. Maka, sama saja itu menciptakan teroris baru. Dan itu adalah hoax yang terkejam di muka bumi.
Dalam kondisi ini, hoax sudah menjadi hitam-putih yang bercampur menjadi satu. Tepatnya adalah warna abu-abu.
Okay, the important thing is: why is the solution for that?
Tentu ada banyak teori di dalam menjawab pertanyaan ini. Namun, kami menghadirkan solusi dalam sudut pandang ilmu mustholah hadits yang biasa diajarkan di beberapa pesantren. Kami tidak mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya solusi. Namun kami menyebutnya: ini adalah salah satu dari solusi tersebut.
Right, what is that?
Yaitu mutawatir. Itu kunci di dalam diskursus kali ini.
Apa itu mutawatir. Adalah semacam riwayat (cerita, berita, kabar) yang dibawa oleh orang banyak sekali (hingga ratusan, ribuan bahkan jutaan manusia) yang menceritakan hal tersebut atas dasar asumsi dan realitas (melihat langsung atau mendengarnya dari sumber utama) dan isi riwayat itu sama. Baik sama di dalam teksnya (mutawatir lafdzi) atau pun sama di dalam makna umumnya (inti dari berita: mutawatir makna).
Para ulama mengatakan misalnya:
"Hadits mutawatir adalah perkara yang diriwayatkan oleh orang banyak yang secara adat tidak mungkin mereka bersekongkol atas dusta, itu dari orang yang banyak juga dari awal sampai akhir sanad di mana seluruh generasi-generasi sanad itu orang banyak sekali..."
Bagaimana implementasinya?
Mudah. Yaitu kita jangan percaya dulu dengan satu berita sebelum mengecek ke banyak sumber. Semakin banyak semakin bagus. Semakin sama dalam redaksi semakin menuju kebeneran berita yang hakiki. Praktek realnya, silahkan cek langsung berita yang didapatkan dari media sosial misalnya. Lalu, tanyakan, telusuri sebanyak-banyaknya referensi yang bisa didapatkan, atau bahkan kepada pelaku utama langsung, sumber pertama atau kedua yang berdekatan. Niscaya model berita yang didapatkan dengan begini, bisa dijamin kredibilitas dan akuntabelitasnya.
Semoga kita terselamatkan dari dunia hoax yang semakin menggurita hari ini...
Amiiiin....