MENYONGSONG ERA POST TRUTH DENGAN AKHLAK
Oleh: MA. Zuhurul Fuqohak
Post Truth adalah istilah tentang kebenaran yang tidak disajikan dengan semestinya, kebenarannya diragukan dan perlu tabayyun (klarifikasi) di dalamnya. Itu makna mudah dan inti dari istilah tersebut. Orang memberitakan sesuatu dengan asal-asalan, tidak memperhatikan data dan real of the story (cerita yang sesungguhnya). Banyak pengaruhnya, bisa karena terlalu bebasnya aruh informasi di era 4.0 ini. Yaitu era revolusi industri internet yang akan memudahkan orang untuk menulis apa saja, di mana saja, kapan saja dan siapa saja.
Jika kita merunut sejarah kenabian, kebebasan para sahabat Nabi saw dalam menyampaikan berita juga pernah mengalami post truth semacam ini. Yaitu manakala klaim kebenaran menjadi tendensi seseorang melakukan perbuatan yang kadang non humanisasi.
Ada satu riwayat. Suatu hari, Usamah bin Zaid bin Kharitsah terlibat dalam peperangan. Ia melihat ada seseorang kafir yang menyerangnya mati-matian. Maka, ia pun balas menghujamkan pedang kepada si musuh itu. Sesaat sebelum ia melumpuhkan, sang musuh pun mengucapkan kalimat syahadat tanda ia masuk Islam. Mengapa? Karena dengan membaca syahadat itu, ia akan terlindungi darah dan hartanya. Itu aturan main yang diberikan Baginda Nabi saw. kepada para sahabat.
Usamah memiliki kesimpulan lain. Ia berpendapat bahwa kalimat syahadat yang hanya digunakan sebagai tameng untuk tidak dibunuh itu tidak bisa diterima. Kekafiran tetap harus dilenyapkan meskipun dengan ribuan siasat yang diperbuat. Maka, ia pun membunuh sang musuh yang meskipun sudah mengucapkan kalimat syahadat tersebut. Lalu berita itu sampai kepada Nabi saw dan beliau terus menerus bertanya kepada Si Usamah: Bagaimana engkau akan menghadapi kalimat syahadat itu di hari kiamat nanti? Tanda beliau benar-benar marah dengan kesimpulan pendapat pribadi Si Usamah bin Zaid tersebut.
Post truth tidak hanya menyerang orang-orang jelek dan jahat semata. Bahkan sebaliknya. Ia bisa juga melanda kepada mereka yang baik dan rajin beribadah...