BAGAIMANA CARA TAHU DIRI SENDIRI ?


..... Lanjutan Ngaji Kimiyau as-Sa'adah ....
Oleh: MA. Zuhurul Fuqohak



فصل كيف تعرف نفسك؟
إذا شئت أن تعرف نفسك، فاعلم أنك من شيئين: الأول: هذا القلب، والثاني: يسمى النفس والروح. والنفس هو القلب الذي تعرفه بعين الباطن، وحقيقتك الباطن؛ لأن الجسد أول وهو الآخر، والنفس آخر وهو الأول. ويسمى قلباً. وليس القلب هذه القطعة اللحمية التي في الصدر من الجانب الأيسر؛ لأنه يكون في الدواب والموتى. وكل شيء تبصره بعين الظاهر فهو من هذا العالم الذي يسمى عالم الشهادة. وأما حقيقة القلب، فليس من هذا العالم، لكنه من عالم الغيب؛ فهو في هذا العالم غريب، وتلك القطعة اللحمية مركبة، وكل أعضاء الجسد عساكره وهو الملك، ومعرفة الله ومشاهدة جمال الحضرة صفاته، والتكليف عليه، والخطاب معه، وله الثواب، وعليه العقاب، والسعادة والشقاء تلحقانه، والروح الحيواني في كل شيء تبعه ومعه. ومعرفة حقيقته، ومعرفة صفاته مفتاح معرفة الله سبحانه وتعالى؛ فعليك بالمجاهدة حتى تعرفه؛ لأنه جوهر عزيز من جنس جوهر الملائكة، وأصل معدنه من الحضرة الإلهية، من ذلك المكان جاء، وإلى ذلك المكان يعود.

Pasal: Bagaimana cara kau tahu dirimu sendiri?
Jika kamu ingin tahu dirimu maka ketahuilah bahwa dirimu terbuat dari dua hal. Pertama, hati (luar) ini. Kedua, dinamakan nafsu dan ruh. Nafsu adalah hati yang kau ketahui dengan mata batin, dan dialah hakikat batinmu. Sebab, tubuh (luarmu) itu yang awal (hancurnya) dan akhir (cepat binasa). Sementara nafsu itu yang terakhir (rusaknya) dan awal (adanya). Itulah yang disebut hati. Jadi, hati itu bukanlah sepotong daging di dalam dada sebelah kiri. Karena itu juga dimiliki orang mati dan binatang. Segala hal yang kau lihat dengan mata kepala itu masuk alam syahâdah (nyata). Hakikat hati bukan alam itu, namun alam gaib. Jadi, hati kita itu asing di alam ini. Potongan daging (hati luar) itu tersusun. Seluruh anggota badan adalah pasukannya. Hati itu rajanya. Mengetahui dan menyaksikan indahnya keharibaan Tuhan adalah sifat hati, ia yang dibebani dan dikenai hukum, ia yang dapat pahala dan siksa, ia pula yang terkena bahagia dan celaka. Ruh hewani itu mengikuti dan bersama hati dalam kondisi apa pun. Mengetahui hakikat dan sifat hati adalah kunci mengetahui Allah swt. Maka, berusahalah sekuat tenaga agar kita mengetahui diri sendiri. Karena hati itu adalah materi agung sejenis materi malaikat. Sumber muasalnya dari keharibaan Tuhan. Dari sana ia datang dan ke sana pula ia akan kembali.

Syarah:

Syekh al-Ghazali mengenalkan beberapa istilah. Alam Syahâdah, qalbu-nafsu-ruh dan jauhar al-Malâikah. Berikut beberapa penjelasannya.

Alam Syahâdah

Segala yang wujud selain Allah swt itu dinamakan alam. Syekh ash-Shâwi membagi alam ada empat. Alam dunia, alam malakût, alam jabarût dan alam ‘izzah. Pertama, alam dunia adalah alam yang nampak oleh kasat mata kita. Gunung, langit biru, lautan, bumi yang kita injak, manusia, binatang dan sepadannya itu masuk alam ini.[1] Alam ini juga disebut sebagai alam mulki dan alam syahâdah. Ada juga yang membahasakannya dengan dimensi satu. Galaksi dengan milyaran bintang dan planetnya, itu masuk alam ini. Ringkasnya, alam ini bisa dilihat mata telanjang meskipun dengan bantuan tekhnologi.


Kedua, alam malakût adalah alam yang tidak terlihat kasat mata. Semisal kehidupan malaikat, jin-syetan, eksistensi kursi dan Arasy Allah swt dan surga-neraka. Ini hanya bisa nampak bagi orang-orang yang diizinkan oleh Allah swt. Ketiga, alam jabarût adalah alam rahasia Allah swt. Rahasia takdir Ilahi, rahasia tepatnya kematian, jodoh, rizki, untung-ruginya hamba Allah dan sejenisnya. Keempat, alam ‘izzah adalah apa saja yang hanya diketahui Allah swt. tentang diriNya, sifat-sifatNya, kehendak dan kuasaNya.

Perhatikan video ini:


Jika melihat pembagian di atas, maka nampak maksud al-Ghazali dengan alam gaib adalah alam kedua. Yaitu alam malakût. Artinya, hanya orang-orang tertentu yang akan melihat bagaimana sesungguhnya qalbu (hati ruhaniah) itu sendiri. Sebagaimana Allah memperlihatkan Arasy pada Ibrahim as, surga-neraka pada Idris dan Isa as, maka bisa saja Allah mengenalkan pada kita tentang qalbu itu sendiri.

Lalu, di manakah qalbu itu berada?
Apa saja sifat-sifat qalbu itu?
Bagaimana mengenali dan meningkatkan qalbu menjadi lebih baik?


[1] Ash-Shâwi, Hâsyiyah Alâ Tafsir al-Jalâlain, hlm. 808.