SIFAT-SIFAT DIRI MANUSIA


Oleh: MA. Zuhurul Fuqohak





فالواجب عليك أن تعرف نفسك بالحقيقة؛ حتى تدرك أي شيء أنت، ومن أين جئت إلى هذا المكان، ولأي شيء خلقت، وبأي شيء سعادتك، وبأي شيء شقاؤك.  وقد جمعت في باطنك صفات: منها صفات البهائم، ومنها صفات السباع، ومنها صفات الشياطين، ومنها صفات الملائكة، فالروح حقيقة جوهرك وغيرها غريب منك، وعارية عندك. فالواجب عليك أن تعرف هذا، وتعرف أن لكل واحد من هؤلاء غذاء وسعادة. فإن سعادة البهائم في الأكل، والشرب، والنوم، والنكاح، فإن كنت منهم فاجتهد في أعمال الجوف والفرج. وسعادة السباع في الضرب، والفتك. وسعادة الشياطين في المكر، والشر، والحيل. فإن كنت منهم فاشتغل باشتغالهم. وسعادة الملائكة في مشاهدة جمال الحضرة الربوبية، وليس للغضب والشهوة إليهم طريق.


Maka, kamu harus tahu siapakah dirimu sebenarnya? Sehingga kamu akan tahu betul siapa, dari mana kamu datang ke tempat (dunia) ini, kenapa kau dicipta, dengan apa kau bahagia dan celaka? Sungguh, di dalam (dirimu) terkumpul beberapa sifat. Ada sifat binatang, sifat hewan buas, sifat syetan dan sifat malaikat. Ruh itu hakikat dirimu, lainnya adalah hal asing dan dipinjamkan padamu. Maka, kau harus tahu ini. Kau juga harus tahu bahwa masing-masing sifat itu perlu asupan dan kebahagiaan. Bahagia (puasnya sifat) binatang adalah dengan makan, minum dan menikah. Jika kau (merasa) dari bagian mereka, maka bersungguh-sungguhlah bekerja (untuk keperluan) perut dan farji. Bahagianya (sifat) hewan buas adalah dengan menerkam dan mengoyak. Bahagianya (sifat) syetan adalah dengan (mampu berbuat) makar (tipu muslihat), jahat dan bersiasat. Maka, jika kamu (merasa menjadi bagian) dari mereka, maka bersibuklah dengan kesibukan mereka. Bahagianya (sifat) malaikat adalah dengan menyaksikan indahnya keharibaan Tuhan dan tidak punya jalan untuk marah atau syahwat.


Syarah:
Syaikh al-Ghazali mulai mengajak kita berfikir haqîqatunâ (esensi sebenarnya kita). Syaikh al-Bouthi punya buku berjudul Man Anâ? (Siapakah aku?). Sebuah renungan panjang. Menurut beliau, jika kita merenung pendek tentang untuk apa kita hidup? Maka jawaban sederhana yang muncul adalah kita hidup hanya siklus alam semata. Dulu kita tiada, hidup lalu mati kembali. Sudah, selesai begitu saja. Namun, jika kita melihat realitas di sekitar kita, maka hidup tidak semudah itu. Langit tinggi dengan segala sistem tata surya, galaksi yang memuat ratusan milyar bintang yang dikelilingi milyaran planet, klaster-klaster yang memuat jutaan galaksi itu semua beraturan dan tunduk dalam aturan hukum semesta yang ditaati. Maka, kita hidup pun memiliki aturan untuknya. [1]

Tentang sifat-sifat yang disebutkan al-Ghazali di atas, beberapa ulama memberikan penjelasan relevansinya dengan QS. Al-Baqarah: 260. Ayat itu menjelaskan perintah Tuhan swt kepada Ibrahim as untuk mengambil empat burung agar disembelih dengan bagian terpotong-potong yang ditaruh di beberapa gunung yang berbeda. Pertanyaannya, apa saja dan mengapa dengan empat burung itu? Menurutnya, empat burung itu adalah ayam jago, burung gagak, burung nasar (burung bangkai) dan burung merak. Ayam adalah simbol syahwat biologis, burung gagak simbol kerakusan, burung nasar (burung bangkai) adalah simbol syahwat perut, burung merak adalah simbol pamer diri dan keangkuhan sombong. [2]

Sifat binatang di atas adalah sifat dominan bagi manusia yang belum bisa menguasai dirinya (nafsunya). Padahal, sesungguhnya ia memiliki sifat malaikat yang sangat utama. Yang terkuat adalah dalam akal-hati nuraninya. Sehingga beberapa ulama jika berdoa, maka mereka akan mengatakan, “Ya Allah alihkanlah aku dari sifat (buruk) kemanusiaan menuju sifat (baik) malaikat yang luhur...”. Kepuasaan masing-masing sifat itu disebut sa’âdah dalam bahasa Imam al-Ghazali.

Bagaimana agar kita tahu sifat malaikat dalam diri kita?


[1] Al-Bouthi, Madkhal Ila Fahmi al-Judzûr, 25-30.
[2] Ash-Shôwi, Hasyiyah Ala Tafsir al-Jalalain, vol. 1, 201.