BENARKAH PENUNDAAN HAJI TAHUN INI ADALAH TANDA KIAMAT?
Oleh: MA. Zuhurul Fuqohak
Benarkah Larangan Haji Tanda
Kiamat?
Ada dua hadis Nabi saw
yang seakan berlawan sebagaimana berikut ini:
صحيح البخاري (2/ 149)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لَيُحَجَّنَّ البَيْتُ وَلَيُعْتَمَرَنَّ بَعْدَ
خُرُوجِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ»
Bahwa Baitullah akan dijadikan tempat haji-umrah setelah
Ya’juj-Ma’juj keluar. Sedang hadis lain menyebutkan:
صحيح البخاري (2/ 149)
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ، عَنِ الحَجَّاجِ
بْنِ حَجَّاجٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي عُتْبَةَ، عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: «لَيُحَجَّنَّ البَيْتُ وَلَيُعْتَمَرَنَّ بَعْدَ خُرُوجِ يَأْجُوجَ
وَمَأْجُوجَ»، تَابَعَهُ أَبَانُ، وَعِمْرَانُ عَنْ قَتَادَةَ، وَقَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ،
عَنْ شُعْبَةَ قَالَ: «لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى لاَ يُحَجَّ البَيْتُ»، «وَالأَوَّلُ
أَكْثَرُ، سَمِعَ قَتَادَةُ، عَبْدَ اللَّهِ، وَعَبْدُ اللَّهِ، أَبَا سَعِيدٍ»
Bahwa kiamat tidak akan datang kecuali Baitullah tidak lagi
menjadi tempat haji-umrah. Bagaimana menanggapinya? Ibnu Hajar dalam al-Fath
menjawab:
لا يلزم من حج الناس بعد خروج يأجوج ومأجوج أن لا يمتنع الحج في وقت ما عند
قرب ظهور الساعة
Penjelasan bahwa orang-orang akan haji setelah Ya’juj-Ma’juj
keluar itu tidak lantas menafikan ketiadaan haji ketika waktu kiamat
benar-benar dekat. Lantas benarkah tiada haji tahun ini adalah tanda kiamat?
Ini tidak sepenuhnya benar. Ada
beberapa bukti pelarangan haji sebelum corona dengan beberapa faktor. Ada
karena politik, virus wabah penyakit dan karena banjir alam.
Pertama, faktor politik; zaman Nabi saw tahun 6 H, yang dikenal
dengan nama Sulhu Hudaibiyah. Isi perjanjiannya tiga. Nabi dan para
sahabat disuruh haji tahun depan, jika ada orang Madinah ke Makah tidak boleh
dikembalikan, tidak ada perang dalam waktu 10 tahun.
Begitu pula di tahun 317 H Carmathian mencuri Hajar
Aswad dipindah ke Bahrain hingga tidak ada haji sampai 10 tahun lamanya.
قال الإمام الذهبيّ في “تاريخ
الإسلام”: “ولم يقف أحدٌ تِلْكَ السنة وقفة عرفة، وبذلك تعطل حج المسلمين الذي هو
أهم عندهم من صلوات الجماعات”.
Adz-Dzahabi menyebut dalam Târikh al-Islâm bahwa di
tahun itu tidak ada orang wukuf Arafah.
Kedua, karena faktor musibah banjir, di tahun 250 H ada kejadian banjir besar. Al-Azraqi
bercerita:
كما أفاد الأزرقيّ (ت 250هـ) في “أخبار مكة”
بأن باب بني شيبة الكبير كان يُسمّى باب السيل، قال: فكانت السيول ربما دفعت
المقام عن موضعه، وربما نحّته إلى وجه الكعبة
Pintu
Bani Syaibah al-Kabir itu disebut Pintu Banjir. Bisa saja banjir besar
mendorong maqam Ibrahim dari posisi aslinya, bahkan bisa juga memindahkannya
untuk menghadap ke Ka’bah.
Ketiga faktor musibah wabah,
di
tahun 357 H banyak jamaah haji meninggal dunia karena terserang wabah. Syaikh
Ibnu Katsir bercerita:
ابن كثير في ” البداية والنهاية” أن وباءً
تفشى في مكة سنة 357 هجرية، عرف باسم “الماشري”، تسبب في موت كثير من الناس، وتسبب
في موت جمال الحجيج أيضا جراء العطش، وأن معظم من تمكنوا من الوصول إلى مكة حجيجا
ماتوا بعد أدائهم الحج
Ada
wabah besar di Makah tahun 357 H yang disebut al-Masyiri yang menyebabkan
banyak orang meninggal dunia, juga banyak orang mati karena lapar. Bahkan
mayoritas mereka yang sampai ke Makah untuk berhaji itu meninggal dunia setelah
mereka haji.
Bahkan,
musibah-musibah yang melanda juga menyebabkan pemberhentian haji-umrah. Ibnul
Atsir berkata:
يقول ابن الأثير في أحداث عام (417هـ): “في
هذه السنة كان بالعراق برد شديد جمد فيه الماء في دجلة والأنهار الكبيرة، فأما
السواقي فإنها جمدت كلها، وتأخر المطر وزيادة دجلة، فلم يزرع في السواد إلا القليل
وفيها توقف الحج من خراسان والعراق".
Di
tahun 417 H, ada cuaca salju ganas yang membekukan sungai Dajlah di Irak.
Banyak air mancur yang membeku, hujan tak kunjung tiba, sungai Dajlah bertambah
banyak. Petani bumi Sawad (Iran Modern antara Mesopotomia dan gurun Arab) hanya
sedikit. Dan haji dari Khurasan-Irak dihentikan.
Wallahu a’lam…