BAGAIMANA JIKA TIDAK ADA NEGARA?
Setidaknya ada lima sad effect dari tidak-adanya negara dan sistem kepemerintahan dalam suatu daerah.
Pertama, daerah tersebut tidak akan pernah maju, pembangunan tidak jalan, hukum tidak ada, menghormati orang lain hanya terbatas oleh waktu yang akan mudah sirna. Pendek kata daerah tersebut akan sama dengan hukum rimba, siapa yang kuat itulah yang akan menang. Mengerikan, manusia akan sama dengan binatang. Tidak peduli dengan kemanusiaannya sendiri.
Kedua, daerah tersebut akan mati keilmuannya. Karena orang-orang berfikir untuk menjadi kuat hanya memerlukan uang. Ilmu tidak lagi menarik sebagaimana kehidupan binatang. Yang di otak dan akal fikiran mereka hanyalah bagaimana cara mendapatkan materi yang berlebih agar bisa berkuasa. Bagaimana juga agar mereka punya kadigdayaan agar bisa membunuh orang lain. Mengerikan, manusia tidak lagi memiliki keistimewaan keilmuan.
Ketiga, daerah tersebut persis seperti kebun binatang. Apa maksudnya? Daerah yang hanya menjadi tontonan tapi tidak bisa jadi tuntunan. Orang-orang hanya melihat mereka sebelah mata dan hiburan semata. Dunia tidak akan respek dengan mereka.
Keempat, ini yang paling parah. Yaitu akan terjadi faudho (kerusuhan) setiap hari karena tidak ada yang ditakuti. Hukum tidak jelas dan masyarakat hanya berpegang dengan pendapat dan pemikirannya sendiri. Absurd, konyol dan tidak masuk akal.
Kelima, yang terakhir adalah daerah itu tidak akan kuat dan setiap hari hanya akan menjadi lemah dan semakin lemah.
Oleh karenanya, kita semua masih diberi Allah untuk menikmati negara dengann sistem kepemerintahannya ini. Terlepas dari apa pun dan bagaimana pun kejadian dan tata kelolanya, tentu tidak ada pemimpin yang benar-benar sempurna sejak dari kemerdekaan sampai sekarang bahkan di saat raja-raja kuno Jawa dan Nusantara. Kita tetap memberi masukan, kritik konstruktif kepada pemerintah, nasehat dan unjuk rasa manakala dirasa ada kekurang-tepatan dalam mengelolanya namun itu semua harus dilakukan dengan cara bersyukur, terimakasih masih memiliki negara, ikhlas karena ingin saling mengingatkan dan tidak boleh ada keinginan sedikit pun untuk melepaskan diri dari hidup bernegara.
Oleh: Zuhurul Fuqohak